Categories: News

Soroti Bullying di Lembaga Pendidikan, MUI Jakarta Bekali Pengelola Pesantren

JAKARTA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta menggelar Diskusi Dakwah Terintegrasi dengan mengangkat tema Anti Bullying di Lingkungan Pondok Pesantren. Hal tersebut agar para pengelola lembaga pendidikan Islam, khususnya pesantren, dapat memahami permasalahan bullying baik secara teoritis dan psikologis, sehingga memberikan perhatiannya secara serius.

“Kita harus mengakui bahwa bullying itu ada (di lingkungan pesantren). Kita harus mengakui cara didik orang tua kita di pesantren ada sedikit yang perlu kita koreksi, meskipun itu bukan berarti hal yang jelek. Tetapi sudah tidak sesuai dengan zaman” kata Sekretaris MUI DKI Jakarta KH Auza’i Mahfuzh dalam sambutannya di Aula Buya Hamka YPI Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Menurutnya, di era modern ini, pesantren perlu melakukan penyesuaian dengan zamannya agar tetap eksis, termasuk dalam pendekatan mendidik para santri, dari pendekatan klasik yang cenderung keras ke pendekatan yang lebih humanis.

“(Sebab) Pesantren merupakan benteng terakhir budaya Islam dan benteng persatuan bangsa Indonesia” ungkapnya.

Kiai Auza’i menjelaskan kedudukan bullying di dalam agama Islam. Menurutnya, agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. tersebut sangat tegas melarang pembulian, bahkan dikatakannya sebagai perbuatan jahiliah.

Dia mengutip kisah perselisihan pendapat antara para sahabat di sebuah majelis yang tidak dihadiri Rasulullah Saw. Perdebatan tersebut semakin memanas, hingga seorang sahabat Abu Dzar Al-Ghifari menghina sahabat lainnya Bilal bin Rabah dengan sebutan Ibnu As-Sauda (anak budak berkulit hitam).

“Hal itu sampai ke telinga Rasulullah Saw. Dan beliau mengatakan kepada Abu Dzar ‘sesungguhnya di dalam dirimu masih ada sifat jahiliah’. Akhirnya, Abu Dzar meminta maaf dan meminta agar Bilal mau menginjak pipinya,“ tuturnya.

Maka dari itu, Kiai Auza’i berharap dari kegiatan tersebut dapat menjadi pembelajaran dan instrospeksi bagi para pendidik agar dapat meningkatkan pengawasan dan pembelajaran terhadap anak didik.

“Mudah-mundah bisa menjadi instrospeksi kita untuk anak didik kita yang lebih baik.

Sementara itu, perwakilan Unicef Indonesia Muhammad Zubaidi menambahkan, kegiatan tersebut dapat menambah khazanah pengetahuan terkait psikologis anak yang menjadi korban bullying. Sehingga, para pengelola lembaga pendidikan bisa memahami kondisi dan melakukan penanganan bullying tersebut secara tepat.

“Tujuannya untuk memastikan generasi penerus kita menjadi generasi yang siap dan kuat untuk menggenggam amanah bangsa ke depan,” ujarnya.

Sebagai lembaga resmi di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang konsen dalam kehidupan anak-anak, UNICEF mengaku siap untuk melanjutkan kerjasama dengan MUI DKI Jakarta dalam hal edukasi terkait anak.

“Kami Unicef Indonesia siap untuk memberikan edukasi. Mudah-mudahan ke depan bisa terus bekerjasama,” jelasnya.

Perwakilan Kanwil Kemenag DKI Jakarta Saiful Amri menjelaskan bahwa permasalahan bullying ada di berbagai lembaga pendidikan, baik sekolah, madrasah ataupun pesantren. Dalam catatannya, terdapat peningkatan bullying di pesantren saat masa covid-19.

“Hampir semua pesantren membatasi penjengukan karena covid. Sehingga, anak tidak terkontrol oleh orang tua. Tidak bisa bercerita ke orang tua,” tururnya.

Terkait adanya bullying di pesantren, Saiful menyoroti adanya kasus pembullyan berujung bunuh diri yang terjadi di salah satu pondok pesantren. Dia berharap hal itu tidak boleh lagi terulang kembali.

Oleh karena itu, dia mengapresiasi kegiatan yang digagas oleh MUI DKI Jakarta dengan menggandeng Unicef Indonesia.

“Apa yang digagas oleh MUI untuk mencegah bullying di pesantren itu mesti kita tangkap secara positif. Semoga dari acara ini, bisa menjadi kontribusi dan referensi untuk mengatasi bullying yang ada di pesantren,” ungkapnya.

Adapun Kepala Biro Dikmental DKI Jakarta Aceng Zaini sangat mengapresiasi kegiatan yang diinisiasi oleh MUI DKI Jakarta tersebut. Pihaknya siap mendukung untuk menggerakan program edukasi semacam ini di berbagai segmen, seperti sekolah, madrasah, pesantren dan majelis ta’lim.

“(Karena) Bullying banyak terjadi di pesantren yang tidak terekspos,” ungkapnya.

Aceng mengajak kepada para pengelola pesantren untuk terus meningkatkan manajemen, serta pengawasan terhadap santrinya.

“Manajemen harus betul-betul diperhatikan, pengurus pesantren selalu hadir saat santri masuk,” pungkasnya.

Acara dilanjutkan dengan diskusi Anti Bullying menurut agama Islam oleh KH Muhammad Faiz Syukron Makmun dan menurut perspektif psikologi oleh Ketua Komite PRA dan Kesehatan Mental Hena Rustiana, dipandu oleh moderator KH Rakhmad Zailani Kiki.

Firman Qusnulyakin

Share
Published by
Firman Qusnulyakin

Recent Posts

Silaturahim Bidang Perempuan, Remaja dan Keluarga (PRK) MUI Se-DKI

Dalam rangka menyambut bulan Suci Ramadhan 1446 H, Majelis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta melalui…

6 days ago

MUI DKI Jakarta Menerima Kunjungan Delegasi Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ)

Ketua Umum MUI DKI Jakarta, KH.Muhammad Faiz menerima kunjungan Dekan Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas…

3 weeks ago

Dorong Peningkatan Kepakaran Ulama, MUI DKI Jakarta Temui Pimpinan Al-Azhar dan Mufti Agung Mesir

Dalam rangka mewujudkan peningkatan kredibilitas dan marwah kepakaran ulama, MUI DKI Jakarta menggandeng kerja sama…

1 month ago

DAUROH ONLINE KERJA SAMA MUI JAKARTA DENGAN AL-AZHAR DITUTUP ATASE PENDIDIKAN & KEBUDAYAAN KBRI KAIRO

Selama dua belas (12) hari penuh para mahasiswa Pendidikan Kader Ulama (PKU) MUI DKI Jakarta…

2 months ago

DAUROH ONLINE KERJA SAMA MUI JAKARTA DENGAN AL-AZHAR DITUTUP ATASE PENDIDIKAN & KEBUDAYAAN KBRI KAIRO – Pendidikan Kader Ulama

Selama dua belas (12) hari penuh para mahasiswa Pendidikan Kader Ulama (PKU) MUI DKI Jakarta…

2 months ago

MUI DKI Jakarta Melakukan Pertemuan dengan BAZNAS Pusat

MUI DKI Jakarta akan menyeleggarakan Public Lecture dalam bentuk Seminar Internasional menghadirkan pakar Hadits dan…

2 months ago