Penghormatan terhadap ibu dalam Islam merupakan ajaran fundamental yang memiliki landasan teologis, kemanusiaan, dan kebangsaan yang sangat kuat. Hal tersebut ditegaskan oleh Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi DKI Jakarta dalam Peringatan Hari Ibu Nasional Tahun 2025 yang diselenggarakan oleh MUI DKI Jakarta melalui Bidang Perempuan, Remaja, dan Keluarga (PRK), Minggu (22/12/2025).
Dalam sambutannya, Ketua Umum MUI DKI Jakarta menekankan bahwa perhatian dan penghormatan terhadap ibu bukan sekadar isu domestik atau seremonial tahunan, melainkan nilai inti yang menentukan kualitas peradaban suatu bangsa. Kehadirannya dalam peringatan Hari Ibu tersebut, menurutnya, merupakan pilihan sadar yang berbasis nilai keislaman dan tanggung jawab kebangsaan.
“Saya memilih hadir di kegiatan Bidang PRK pada Hari Ibu, karena ini menyangkut nilai, prinsip, dan masa depan bangsa,” tegasnya.
Ia menjelaskan bahwa penghormatan terhadap ibu dalam Islam memiliki dasar yang sangat jelas dalam Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW. Salah satu hadis masyhur menyebutkan bahwa ketika Rasulullah SAW ditanya tentang siapa yang paling berhak mendapatkan bakti, beliau menyebut kata ibu sebanyak tiga kali sebelum ayah. Penegasan tersebut, menurutnya, bukan tanpa makna, melainkan menunjukkan posisi strategis ibu dalam membentuk kepribadian, akhlak, dan spiritualitas manusia.
Melalui pendekatan tasawuf, Ketua Umum MUI DKI Jakarta menguraikan bahwa perempuan—terutama ibu—merupakan manifestasi rahmat Allah SWT yang sering kali tidak tampak, namun memiliki peran paling menentukan dalam menjaga keberlangsungan kehidupan. Ia menyoroti tiga fase penting kehidupan manusia yang sepenuhnya bergantung pada peran ibu, yaitu masa kehamilan, proses persalinan, dan pengasuhan awal.
“Kesabaran, pengorbanan, dan kasih sayang seorang ibu adalah anugerah fitri yang tidak diajarkan, tetapi dianugerahkan langsung oleh Allah SWT,” ujarnya.
Dalam sambutan yang bersifat reflektif, ia juga membagikan pengalaman pribadi mengenai pengorbanan sang ibunda dalam mendidik, merawat, dan mendoakan anak-anaknya. Menurutnya, banyak keberhasilan generasi hari ini berdiri di atas doa dan pengorbanan ibu yang sering kali tidak terlihat dan jarang diungkapkan.
Lebih lanjut, Ketua Umum MUI DKI Jakarta menyinggung hadis qudsi yang menyebut bahwa rahim (ar-raḥim) berasal dari nama Allah SWT, Ar-Raḥīm. Hal ini menjadi simbol kemuliaan, kasih sayang, dan ikatan ilahiah yang dianugerahkan kepada perempuan, khususnya ibu, dalam Islam. Oleh karena itu, merendahkan atau mengabaikan peran ibu sama halnya dengan mengingkari nilai-nilai rahmat dalam ajaran Islam.
Menutup sambutannya, ia berharap Peringatan Hari Ibu tidak berhenti sebagai kegiatan seremonial tahunan, tetapi berkembang menjadi gerakan sosial-keagamaan berkelanjutan yang meneguhkan penghormatan terhadap ibu dalam Islam sebagai fondasi penguatan keluarga, masyarakat, dan bangsa.
“Dengan merawat ibu, kita merawat agama. Dengan merawat ibu, kita merawat kemanusiaan. Dan dengan merawat ibu, kita merawat masa depan bangsa,” pungkasnya.
Leave a comment